Saturday, October 16, 2010

KKN lifes

Semuanya berawal dari keikhlasan aku menjalaninya, sampai kata itu memang menjadi sandaran ketika aku tidak tahu lagi harus kemana.
Bermula dari Kuliah Kerja Nyata yg aku lalui, dan ketika sadar bahwa hari hari yang aku lalui adalah buah dari kata itu. Aku mendapatkan teman teman yang baik, kocak, ramah, asik, dan house family yang membuat ku betah untuk berlama lama tinggal di rumah, dan membuat ku rindu ketika aku balik ke jorong ini, ketika aku tersadar aku berada di padang. Semuanya memang tidak lain tidak bukan karena teman teman ini.

Aku teringat kata papa: “allev tau kenapa? Ini adalah buah keikhlasan yang allev jalani ketika allev akan berhadapan dan dihadapkan dengan kondisi KKN, allev menerima dengan senang hati, dengan pasrah, dan tanpa banyak minta, tanpa banyak ngeluh”. Yang aku pikirkan saat itu adalah, apa pun yang aku lalui, dan aku tempuh nanti selama KKN, itu InsyaAllah bakalan sekali, dan bakalan menjadi pelajaran hidup. Bule bule aja mau ketika mereka rela dihadapkan untuk exchange ke padang dengan kondisi dan culture yang bikin mereka shock, lalu kenapa aku sendiri tidak bisa belajar untuk itu? Hayyolah lev, berusaha untuk menyikapi secara dewasa. Well, it makes me enjoy my life here!

Ketika aku berusaha untuk tidak banyak minta, untuk tidak banyak ngeluh, dan berusaha menerima apa yang diberikan nanti, ternyata semuanya membuahakan hasil. Aku mendapatkan mereka – teman teman yang slalu ada buat cerita, buat kocak bareng,sedih bareng. Aku menjadi “selingkuhan” mereka dari rindu rumah, keluarga, teman teman, aktivitas, organisasi, dan bahkan pacar :). Aku juga menjadikan mereka begitu, menjadi tempat berkeluh kesah, ketika kita dihadapkan dengan nasib yang sama, rindu rumah, keluarga, pacar, dan akses jaringan. Bahkan mereka itu terlalu berharga jika hanya untuk dijadikan selingkuhan. Karena aku terang terangan mencintai mereka. Karena memori ini untuk dikenang. Hati itu untuk dipilih, bukan memilih. Sekali lagi aku ikhlas menjalani itu semua.

Ketika aku dihadapkan dengan proteksi house family, yang membuat aku dan riri berasa dipingit. Ketika kita harus berbagi kehidupan dengan mereka, berbagi air, listrik, makanan, yang membuat kita risih kalau lama lama diperhatikan dari hal terkecil sampai hal yang tidak seharusnya diperhatikan. Sekali lagi aku berusaha untuk menjalaninya secara ikhlas, bahwa kita selepas dari sini akan mempunyai keluarga baru, budaya baru, dan kampung baru.

Kami saling mengenal kebiasaan masing masing. Teman teman ku bisa maklum ketika mereka mendapati ku ogah ogahan masak, dan tidak mau pusing untuk ambil ribet untuk semua aktivitas yang aku jalani. Ketika riri, roommate ku tidak berada di lokasi, aku diharuskan untuk beraksi di dapur sendirian! Haha Ini bukan masalah bagiku, tapi musibah bagi mereka yang kelaparan. Aku rela merogoh kocek cuma buat beli makanan untuk teman teman, pokoknya asal ga masak de.. Tapi kini, setidaknya untuk beraksi di dapur sendirian bukan hal yang ajaib lagi. I know what I have to do now, huny! I know what I have to do, first and then!Terkadang ketika eksperimen ku gagal, mungkin teman teman lelaki ku berusaha untuk bersabar menghadapi kenyataan rasa yang tidak sesuai selera. Mereka miris, tapi tidak untuk menangis, setidaknya tidak mereka tunjukan didepan ku (itu lebih baik) :). Love you all guys!

Pernah suatu waktu aku berusaha untuk menguatkan diri melalui hari ketika puasa. Well, I mean I was not fasting at that time. Ketika aku harus menguatkan diri di depan mereka- teman teman lelaki ku. Aku menangis, tapi di dalam, setidaknya mereka telah berusaha membuat lelucon untukku. Sakit itu begitu perih, begitu dalam. Aku sadar ketika kepala ku mulai bereaksi sangat hebat. Hari itu juga aku harus menyebarkan undangan untuk perangkat kelompok wanita tani. Aku menunggu pasangan duet maut ku untuk itu – riri. Tapi sesampai di rumah, aku sadar ritual yang akan aku jalani tidak sanggup aku lalui. Aku tertidur! Entah berapa lama! Tidur mati! Karena aku tidak bisa untuk mati sementara, malam sebelumnya! Maka kali ini waktunya aku merebahkan diri, bermimpi, kosong! Aku mendengar sayuup sayup suara riri memanggil nama ku, tapi mata itu benar benar sama sekali tidak bisa dibuka. Lebih baik aku tidur dulu disini, dan diomeli nanti nya,daripada aku harus mati berdiri, pingsan di tengah jalan, dan merepotkan mereka untuk menggotong ku! Haha.. mau dong digotong…

Tenyata benar, aku tersadar ketika aku dihakimi pelan pelan. Reaksiku? Bodo amat.. Haha.. dasar tidak punya hati! Hihi Aku bersyukur punya riri, teman satu ranjangku. Sabar dan dewasa adalah kata kunci yang ia hadapi untuk diriku. Jiwanya lucu, ia bisa menari dalam tubuhnya yang kecil itu. Sepertinya jiwanya yang menari nari untuk mengambil pilihan. Ia sering berasa dihadapkan pada kenyataan memilih, begitu curhatnya. Sekali lagi jurus maut ku untuk memberi solusi adalah jalan hebat ketika kami bercumbu tengah malam ketika dia mati matian curhat tentang pilihannya. Lucu! Unik! Yap, barusan aku dipanggilnya!

Lalu aku? Seperti novel yang aku baca dalam hari hariku, dan ketika aku bangga terlahir menjadi salah satu agen neptunus. Hati itu untuk dipilih, bukan memilih.Ketika kita ikhlas buat ngejalaninnya, semuanya pasti bakalan baik baik aja kok! *tersadar

0 comments:

Post a Comment